Hajar aswad yang secara bahasa memiliki arti batu hitam adalah batu yang berasal dari surga dan berwarna asli putih. Namun karena akibat dari dosa-dosa manusia akhirnya batu tersebut menjadi hitam. Batu mulia ini di hari kiamat akan memberikan saksi bagi yang menyentuhnya, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْحَجَرِ « وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ يَشْهَدُ عَلَى مَنِ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ »
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi, no. 961; Ibnu Majah, no. 2944; dan Ahmad, 1:247. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Pada kegiatan thawaf, kita dianjurkan mencium atau mengusap hajar aswad, namun apabila tidak memungkinkan para jamaah dapat memberikan isyarat kearahnya. Hal ini sesuai dengan hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhma mengatakan “Saya tidak pernah melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian dari Ka’bah kecuali dua rukun yamani (yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani)” [Shahîh al-Bukhâri, no. 1609 dan Shahîh Muslim, no. 1269]
Wallahualam bishowab, barakallahu fiikum
sumber foto: Athar Javed | https://id.pinterest.com/pin/44543483804276645/