Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
نَزَلَ الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ
“Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.” (HR. Tirmidzi, no. 877 dan An-Nasa’i, no. 2938. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Setelah renovasi Ka’bah selesai, peletakkan hajar aswad menimbulkan perselisihan paham diantara kabilah mengenai siapa yang berhak meletakkannya. Semua kabilah ingin meletakkannya karena ingin mendapat kemuliaan. Bani Abdul Ad-Dar dan Bani Adi Ka’ab bin Luai medekatkan bejana berisi darah dan bersumpah untuk siap mati. Kondisi menegangkan ini berlangsung hingga beberapa hari.
Setelah itu, akhirnya Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mengusulkan untuk meminta keputusan dari orang yang pertama kali memasuki masjid dan ternyata orang tersebut adalah Nabi Muhammad ﷺ . Setelah melihat Rasulullah ﷺ mereka berkata “Ini adalah orang yang terpercaya, kami setuju, dia adalah Muhammad”. Rasulullah ﷺ kemudian meletakkan batu aswad diatas kain lalu berkata kepada setiap pemimpin kabilah untuk memegang setiap ujung kain dan mengangkat hajar aswad ke tempatnya, dengan demikian mematahkan pertumpahan darah orang-orang Quraisy dengan sesama saudara mereka.
Wallahualam bishowab, barakallahu fiikum
sumber foto: Diiyah | https://id.pinterest.com/pin/189291990583528358/