Musim haji telah berlalu dan kini waktunya para jamaah untuk kembali berkumpul dengan sanak saudara di tanah air Indonesia. Selain air zam-zam, salah satu oleh-oleh yang tidak luput dibawa jamah haji maupun umrah saat berpulang adalah buah kurma. Selain rasanya yang manis, kurma juga memiliki banyak kandungan dan manfaat yang baik bagi tubuh. Maka tidak heran jika buah ini adalah salah satu hidangan kesukaan Rasulullah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,


مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ

“Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari, no. 5779 dan Muslim, no. 2047). 


Kurma adalah salah satu pemandangan yang paling sering terlihat di Mekkah dan Madinah, dengan kebun-kebun kurma yang menjulang tinggi dan membentang sejauh mata memandang. Maka tidak heran jika buah manis satu ini selalu dijadikan alternatif buah tangan para jamaah karena sangat sering ditemui di setiap sudut Tanah Suci. Namun, seringkali kita menghadapi tantangan dalam menyimpan kurma yang melimpah agar tetap dalam kondisi baik dan awet. Terutama ketika stok kurma bertambah setelah musim haji atau umrah.


Dikutip dari sfda.gov.sa cara terbaik menyimpan buah khas timur tengah satu ini menurut Saudi Food and Drug Authority (SFDA) adalah dengan pembekuan. Hal ini efektif dalam mengurangi mikroorganisme dan mengurangi proses vital dan oksidasi pada kurma. Periode pembekuan sebagai metode pengawetan kurma dapat dilakukan hingga tiga bulan. Kedua, metode yang dapat dilakukan adalah pengeringan. Cara ini dapat memberikan masa simpan kurma hingga satu tahun. SFDA menambahkan juga bahwa sebelum menyimpannya kurma dianjurkan untuk dicuci terlebih dahulu untuk memastikan kurma bersih dari pestisida dan bahan kimiawi lainnya. 


Wallahualam bishowab, barakallahu fiikum


Photo by Antoni Shkraba: https://www.pexels.com/photo/a-dates-on-ceramic-bowl-4499224/