Salman Al-Farisi adalah seorang pemuda Persia yang awalnya menganut agama Majusi dan bertugas sebagai penjaga api. Setelah sekian lama ia tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah, akhirnya ia diperintah untuk bekerja di ladang. Ketika dalam perjalanan, Salman melihat orang-orang beribadah di gereja dan merasa bahwa cara mereka beribadah lebih benar dibandingkan dengan agama yang ia anut. Setelah menyampaikan hal ini kepada ayahnya, Salman dihukum dengan dirantai dan ditahan. Namun, ia tidak menyerah dan akhirnya melarikan diri, serta bergabung dengan komunitas Nashara (Kristen)


Selama menjadi seorang Nashara, Salman banyak belajar dan berpindah dari satu pendeta ke pendeta lainnya. Setiap kali seorang pendeta meninggal, Salman akan mencari pendeta penggantinya dan selalu meminta wasiat mengenai siapa yang harus ia pelajari setelah pendeta tersebut meninggal. Hingga suatu saat, pendeta terakhir yang ia temui menyampaikan sebuah wasiat yang sangat penting. Pendeta tersebut memberitahunya tentang seorang nabi yang akan muncul di tanah Arab yang memiliki tanda-tanda kenabian yang jelas.


Dengan penuh tekad, Salman berangkat menuju Arab untuk mencari nabi tersebut. Dalam perjalanannya, ia tertangkap dan dijadikan budak oleh seorang pedagang. Meski demikian, Salman terus mencari kesempatan untuk bertemu dengan nabi yang telah disebutkan dalam wasiat pendeta terakhir. Di Madinah, akhirnya kesempatan itu datang. Salman berhasil bertemu dengan Nabi Muhammad ﷺ, dan ia sangat terkesan dengan kepribadian dan tanda-tanda kenabian yang terlihat pada diri Rasulullah ﷺ.


Setelah memeluk Islam, Salman dibebaskan dari perbudakan dan menjadi seorang sahabat yang setia kepada Nabi Muhammad ﷺ. Perang Khandaq (perang parit) adalah perang pertama yang diikutinya, di mana ia menunjukkan keberanian dan kecerdasannya dalam strategi. Salah satu kontribusi besarnya adalah usulannya untuk menggali parit sebagai pertahanan saat menghadapi pasukan Quraisy yang datang menyerang Madinah.